Teringat sebuah syair lagu yang sangat familiar, dilantunkan oleh sebuah group nasyid asal malaysia ,8 tahun yang lalu tak henti-hentinya lagu ini dipedengarkan kepada santri setiap harinya sesaat menjelang berangkat ke sekolah santri-santrinya disalah satu pesantren tua di kabupaten subang, dan inilah penggalan syair lagu itu:
Buka mata tak nampak jalan di dunia karena tak nampak cahaya
Tidak tahu apa yang hendak dituju ke kiri atau ke kanan.
Raihan
Tak tahu tujuan yang jelas kenapa lagu ini yang selalu diputar, apakah ada muatan politik, sosial atau bahkan tidak ada lagu lain lagi yang dimiliki oleh pihak pesantren, ah itu tidak penting, yang penting dan yang saya akan soroti di sini adalah sebuah penggalan syair diatas yang telah merasuk jiwa dan menjadi satu-satunya bait syair yang selalu ku ingat selama 8 tahun lamanya.
Dalam penggalan syair diatas ada sebuah makna yang seakan menjelaskan pada kita tentang sebuah cerita seseorang yang tak bisa melihat cahaya karena kebutaan mata, mengantarkan pada sebuah ketidakpastian dalam menentukan arah, kias dalam kehidupan nyata cahaya saya analogikan menjadi agama, orang yang sudah buta atau menutup mata pada agama atau bahkan tanpa agama seakan buta akan arah kehidupan didunia, hidup tanpa aturan, hidup tanpa pegangan dan hidup tanpa tuan menghantarkan manusia menjadi seorang monster kehidupan seperti firaun dan musuh-musuh Allah lainnya, tertutup oleh kesombongan diri menuju arah kebinasaan di dunia dan akhirat. Naudzubillah min dzalika...
Beragamalah, karena agama satu-satunya yang akan membuat kita terarah kepada tujuan hidup yang pasti...
Masalahnya sekarang, orang yang beragama itu, seperti apa?
Renungkanlah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar