Kamis, 18 Maret 2010

Terlalu banyak berpikir Matematis



Seorang pendaki  sedang berusaha mendaki tebing curam yang cukup tinggi di pegunungan bersalju. Ia memasang tali berpengait di dinding untuk menahan tubuhnya jika sewaktu-waktu terjatuh. Sedikit demi sedikit tebing terjal itu berhasil didakinya. Selang tiga jam kemudian, ia hamper sampai di puncak ketika tiba-tiba terdenar suara gemuruh dari puncak tebing. Belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba logsoran salju dating menghantamnya bertubi-tubi. Ia kehilangan menghantamnya bertubi-tubi. Ia kehilangan kendalai dan pegangan. Tubuhnya terpelanting. Untunglah kait yang dipasangnya cukup kuat menancap sehingga ia tidak terjatuh ke dasar tebing. Tubuhnya menggantung di tebing dalam posisi terbalik karena tali itu melilit kakinya, semua pealatannya terjatuh, hanya tersisa satu sebuah pisau di pinggirnya. Salju terus turun dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dalam kepanikan dan kecemasan yang luar biasa, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Di sekitarnya hanya tampak warna putih, pandangannya terhalag oleh salju. Di dalam hati, ia berdoa agar Tuhan memberikan pertolongan dan meyelamatkan hidupnya. Tiba-tiba saja ia seperti mendpatkan bisikan memotong tali.
“Apakah ini suara pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin aku memotong talinya, padahal akau tidak tahu seberapa jauh dasar tebing ini, bisa-bisa aku terjatuh dan membentur batu,”pikirnya. Ia terus merenungkan bisikan diri. Lama ia berpikir dan tidak melakukan apa-apa.
Dua Minggu kemudian, ada seorang pendaki menemukan sesosok mayat menggantung di tebing dalam posisi terbalik, tubuhnya membeku. Tampaknya ia mati kedinginan dari kelaparan, padahal jaraknya hanya sekitar satu meter dari dasar tebing.

Apa Hikmah yang anda dapat ambil ?..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar