Mungkin tak banyak orang tahu akan pentingnya sebuah pesantren, orang menganggap untuk belajar mengaji tidak harus di pesantren, di rumah di sekolah atau di lembaga-lembaga khusus pun bisa dilakukan, tetapi ada sesuatu hal yang mengukuhkan bahwa pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang super canggih, ribuan bahkan jutaan ulama terlahir dari kejeniusan lembaga itu, padahal kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tradisional, kurikulum yang digunakan oleh tokoh wali sanga, tokoh syiar islam di tanah jawa pada abad ke 12. Apa sesuatu hal yang menyebabkan pesantren bertahan menjadi satu-satunya lembaga islam yang sukses mencetak generasi yang hebat itu?...kita temukan jawabanya sesaat lagi.
Ini hanya sharing pengalaman saja, bukannya sok pintar dan sok menggurui tetapi mudah-mudahan pengalaman yang tidak seberapa ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan semua.
Sesuatu hal itu adalah keberkahan Thalabaul Ilmi, itu yang di cari santri pada umumnya di pesantren. Ngaji tidak sama dengan belajar di sekolah formal, yang selalu terpaku pada kurikulum yang ketat dan seragam yang rapi, Ngaji intinya adalah mencari keberkahan ilmu, mencari cahaya ilmu agar senantiasa menerangi hati dan jalan kehidupan kita agar tetap terarah di jalan lurus, jalan yang diberkahi Allah Swt. Keberkahan ilmu itu bisa kita dapatkan dari keberkahan guru, keihklasan guru memberikan ilmunya pada santri tanpa pamrih dan mengharapkan gaji, makanya santri di samping tugasnya megaji dia juga termotivasi mencari keberkahan itu sehingga santri-santri berlomba-lomba mendapatkan ridho dari gurunya, mengabdi dan berbakti pada gurunya denga sepenuh hati.
kita bisa mengambil hikmah dari kisah santri semasa di pesantren yang kerjanya hanya mencangkul di sawah tetapi pas ketika dia keluar, dia menjadi pemimpin pondok pesantren dan kiyai yang disegani. orang yang tidak suka terhadap pesantren tindakan itu di istilahkan dengan sebutan “Mendewakan guru” dan dikategorikan sebgai salah satu cabangnya kemusyrikan, whatever apa kata orang, buktinya jutaan ulama dan kiyai terlahir dari “kemusyrikan” itu.
kita bisa mengambil hikmah dari kisah santri semasa di pesantren yang kerjanya hanya mencangkul di sawah tetapi pas ketika dia keluar, dia menjadi pemimpin pondok pesantren dan kiyai yang disegani. orang yang tidak suka terhadap pesantren tindakan itu di istilahkan dengan sebutan “Mendewakan guru” dan dikategorikan sebgai salah satu cabangnya kemusyrikan, whatever apa kata orang, buktinya jutaan ulama dan kiyai terlahir dari “kemusyrikan” itu.
*catatan, pesantren yang di maksud adalah pesantren salaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar