Jumat, 05 November 2010

Ilmu tanpa Kesombongan


Husein adalah seorang santri, dia sudah enam tahun mondok di salah satu pesantren terkenal di Jawa Barat, dia tergolong santri yang sangat cerdas, sudah beberapa kitab yang dia khatamkan dan ijazahkan kepada kiyai, dia juga terpilih menjadi Roisuthalabah (Kepala santri) yang bertugas mengurusi keseharian santri dan dia juga menjadi salah satu ustadz yang mengajar di pesantren itu, sungguh luar biasa kecerdasan santri ini, dia yang paling menonjol dari pada rekan-rekan seangkatannya. Tetapi ada suatu kejadian yang membuat dia tersadar bahwa kecerdasan dan ilmu yang dimiliki bukan sepenuhnya milik dia, itu hanya sebuah amanah yang harus di jaga dan tak perlu di sombongkan, karena ada pemilik sebenarnya yang Maha Agung lagi Maha Kuasa yang suatu saat mencabut semuanya itu dari dia.
Kejadian ini bermula ketika Bapaknya Husein berkunjung ke pesantren, enam jam perjalanan yang harus ditempuh agar pak tua itu sampai ke gerbang pesantren, maklum Husein berasal dari luar jawa tepatnya di pulau sumatera, jadi harus menyebrang selat sunda dulu, kalau mau ke pulau jawa. Dengan muka lelah pak tua ini bertanya pada santri yang kebetulan bertugas sebagai penjaga pos kunjungan, “Assalmu’alaikum...Ma’af  Huseinnya ada?”
Santri itu pun menjawab “Wa’aalikumussalam...Oh Ustadz Husein, ada pak tetapi lagi ngajar”.
Pak tua : “tolong dipanggilkan sebentar, bapak mau ketemu”
Mungkin saking kangennya bapak itu pun langsung menyuruh santri penjaga kunjungan untuk memanggilkan Husein, soalnya Lebaran kemarin Husein tidak pulang ke rumah, katanya sibuk ngurusin zakat di pesantren
santri:"ya pak,";
Santri itu pun langsung bergegas ke ruang kelas, tempat di mana Husein sedang mengajar.
“Assalamu’alaikum, ma’af ganggu ustadz “ Ucap santri memotong Husein yang sedang mengajar.
“Wa’alaikumussalam...Wr..Wb..ya Ada apa?” jawab Husein.
“Ada tamu ustadz, bapaknya ustadz dari sumatera, beliau menunggu di Pos Kunjungan” jawab santri lagi.
“Oh yaudah, tunggu sebentar” Husein menjawab.
“Tetapi ustadz, beliau menyuruh Ustadz ke sana dulu, pengen ketemu sebentar mungkin ada keperluan mendesak” santri membalas lagi.
“bilang ke bapak, ya sebentar lagi,  tanggung lagi ngajar” jawabnya ketus.
Setelah mendengar jawaban terakhir dari ustadznya itu, santri itupun meninggalkan ruangan dengan salam penutupnya yang penuh kekecewaan, dan menghampiri kembali pak tua yang sudah menunggu dengan rasa penasaran, tetapi pak tua itu sontak sedih ketika mendengar jawaban dari santri yang bertugas jadi penjaga kunjungan itu, air mata tak tertahan keluar dan membasahi pipinya yang menambah kelelahan pada tubuhnya, di tempat terpisah yaitu di ruangan dimana tempat Husein mengajar, suatu kejadian aneh terjadi pada Husein, dia merasa kesulitan membaca kitab kuning yang jadi sumber pengajarannya, otaknya seketika menjadi blank , pintu ilmunya di tutup oleh Allah Swat, kitab yang sudah lama dia ajarkan pada santri-santrinya sejak dulu itu seketika hilang begitu saja dalam otaknya dia pun merasa prustasi, ketika itu juga dia teringat pada bapaknya dan langsung lari keluar dengan air mata yang mengalir sebagai tanda rasa penyesalainnya untuk mencari keberadaan bapaknya, setelah mendapatkan bapaknya yang sedang duduk lesu di pos kunjungan Husein pun langsung jatuh di hadapan bapaknya dengan rasa penuh penyesalan, dan saat itu juga di langsung meminta maaf pada bapaknya itu karena telah menelantarkan bapaknya, bukan orang tua namanya kalau tidak memaafkan, akhirnya bapaknya pun memaafkan segala kesalahan yang diperbuat anaknya itu, dan seketika itu juga pintu ilmunya kembali di buka oleh Alah Swt, dan Husein pun mengucap Hamdalah dan langsung memeluk erat bapaknya itu , kejadia ini di saksikan langsung oleh ratusan santri yang pada keluar kelas ketika mendengar kegaduhan di luar.

Hikmah
Ingat Ilmu itu bagaikan air, dia tidak mengalir ke tempat yang lebih tinggi melainkan dia mengalir ke tempat yang lebih rendah dan Ilmu itu cahaya, hanya hati yang bersihlah yang dapat menerimanya.

Di ambil dari kisah nyata dengan segala perubahan

1 komentar:

  1. bagus tuh,,jangan mentang-mentang kita pintar lalu kita sombong kepada orang lain..

    BalasHapus