Selasa, 29 Juni 2010

Rasa takut, musuh sebenarnya.



Mereka bilang kami keliru dengan keputusan kami, mereka bilang kami termasuk orang-orang yang tidak bisa berfikir realitas, yang tidak bisa mempredisikan hal apa yang akan terjadi di masa akan datang ketika keputusan ini kami pilih....Itu kata mereka, yang tidak bisa merasakan dan memahami tentang komplesksitas kehidupan kami, yang sebenarnya kami dan pemiliknyalah yang paling tahu...tetapi tak apalah mungkin itu perhatian mereka pada kami, mungkin mereka terlalu sayang sama kami, tidak mau melihat kami gagal, dan masuk jurang ketidakpastian dalam hidup sampai-sampai mereka terlalu memaksakan kehendaknya dan mampu memprediksikan kehidupan kami  ke depannya dengan tepat dan penuh keyakinan,awalnya  rasa takut pernah menghampiri kami, dengan ketakutan yang berlebih,misal takut gagal, takut tidak mampu, takut segalanya. Setelah di dalami dan di pahami dengan benar justru ketakutan itulah yang sebenarnya yang akan menghambat kami meraih kesuksesan, ketakutan itulah yang akan mematikan karakter kami, sehingga kami merasa pesimis untuk bisa mencapai hasil maksimal, sehingga prediksi mereka tentang nasib kami ke depannya akan terwujud.
Rasa takutlah, yang menjadi permasalahan kami sebenarnya, rasa takutlah yang menjadi musuh sebenarnya kami sa’at ini, rasa takutlah yang seharusnya yang menjadi perhatian kami sekarang bukan prediksi orang yang buruk tentang nasib kami ke depannya. Karena nasib kita ke depannya bukan mereka yang menentukan tetapi usaha dan doa’lah yang paling berpengaruh, untuk menagplikasikan qodo Allah pada kami.
Sekarang, kami akan mengalahkan rasa takut itu dengan energi positif dari kekuatan alam yang selalu memberikan semangat kehidupan pada kami. Semangat yang akan mengugahkan rasa percaya diri kami, bahwa kami bisa seperti yang mereka harapkan walaupun berbeda jalan untuk meraihnya. 


Selengkapnya......

Senin, 28 Juni 2010

Harus Optimis



“Pergilah keluar dan bicaralah tentang segala sesuatunya secara optimistis”
(Norman Vincent Peale)

Mungkin kata itulah yang seharusnya mendongkrak kekuatan terbesar dalam diriku,menumbuhkan  rasa  percaya diri yang akan mengalahkan rasa takut yang sudah lama bersarang dalam diri.
Optimis sukses, optimis menjadi lebih baik, optimis segalanya, Optimis yang selalu direalisasikan dalam usaha dan doa, kan usahakan itu semua menghiasi catatan harianku mulai hari ini, rasa takut yang mendarah daging kan kubur sedikit demi sedikit, kan kumatikan dengan darah penuh optimis, agar tak selamanya menjadi duri dalam hidup dan selalu menjadi penghalang jalan kesuksesan...
Hari ini ku mulai rasakan energi positif, ku mulai berani berpendapat, berani menapaki jalan kehidupan sesuai kata hati, sesuai naluri yang sudah lama sekali terbelenggu oleh ego sesaat karena rasa takut berlebih.
jangan takut, munculkan energi positif, kuatkan hati, mantapkan langkah...Raihlah puncak kesuksesan dalam hidup...S E M A N G A T jangan pernah takut untuk melangkah ke arah yang lebih baik... 


Selengkapnya......

Kamis, 17 Juni 2010

Ibu, Tetap yang luar biasa.



Tiga tahun lalu, bapakku meninggal dunia dalam usianya ke 64 tahun, saya dan keluarga sangat terpukul atas kepergiannya, apalagi ibu yang hampir 25 tahun hidup bersama.
Hampir setiap hari ibu selalu meneteskan air mata, mengenang masa-masa indah bersama bapak, begitu juga dengan aku, rasa sedih selalu menghampiri, tetapi aku sadar bahwa kepergian bapak adalah kasih sayang Allah padanya, takdir yang tidak bisa di gugat lagi, takdir yang tak perlu di kambinghitamkan, hidup harus berlanjut walau teras pincang tanpa bapak tetapi aku masih punya sosok yang luar biasa yaitu seorang ibu.
Oh ya....bapak meninggal ketika aku baru masuk kuliah, tepatnya 2 bulan masa kuliah. Bisa dibayangkan bagaimana galaunya hati ini, menghadapi dua jalan yang terjal, keluraga dan kuliah yang harus ku pilih .
Biaya kuliah memerlukan biaya yang tidak sedikit, dimulai dari kos, buku, belum lagi ada tugas-tugas yang memerlukan biaya tambahan sedangkan ibu hanya seorang janda dari pensiunan PNS guru SD + petani rumahan, yang hanya mempunya lahan tak lebih dari 0.5 hektar, hany bisa buat makan saja, otak ini terus berfikir?...apakah aku harus memutuskan mimpi untuk bisa kuliah?..karena tak mungkin lagi mengandalkan keluarga. Tetapi pemikiran itu seketika buyar ketika sosok ibu menghampiri dengan  penuh motivasi , dan berkata : “Kamu Harus Kuliah bagaimanapun caranya, kalau masalah biaya jangan terlalu dipikirkan, ibu masih kuat kerja, insya Allah bisa, sekarang doakan saja ibu supaya bisa di berikan kesehatan” kata-kata ajaib yang menyihirku beberapa detik,..ya Bu...ayo kita berjuang...saya juga tidak kan diam.
Sungguh ajaib hari itu, bukan saya saja yang tersihir, bahkan keluarga besarku tersihir kagum pada sosok ibu yang luar biasa, sehingga tumbuh rasa simpati.
Tiga tahun berlalu, aku bisa kuliah tanpa menghadapi kendala apapun dalam masalah biaya, ga tau asal biaya itu dari mana, tetapi biaya itu halal,sungguh luar biasa semangat ibu. aku juga sama kadang dalam seminggunya selalu ada dana segar, dari mana saja ga mesti. Mungkin ini doa ibu dan keberkahan dari seorang bapak.
Hari ini ku yakin-seyakinnya, Ibu, engkau sosok yang luar biasa dan penuh semangat dan motivasi, ku berjanji pada diriku sendiri, ingin membahagiakan ibu dan menemptakan ibu pada tempat yang paling mulya baik di mata Allah maupun manusia.


Selengkapnya......